tentang POKERJINGGA

POKERJINGGA adalah Agen Poker Dan Domino Online Terpercaya no 1 di indonesia, 100% MEMBER vs MEMBER NO ROBOT dan tanpa ADMIN yang ikut bermain Ayoo segera bergabung bersama kami di POKERJINGGA Agen Poker Dan Domino Online Terpercaya ! Kami online 24 jam setiap hari non stop dengan CS yang super ramah dan berpengalaman
Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Thursday, August 20, 2015

Tergiur fulus Jalan Pantura


Poker Jingga - "Saya baru 9 bulan bekerja di sini," kata Kokom, 29 tahun seorang pemijat refleksi membuka perbincangan dengan pokerjingga.com, Sabtu malam pekan lalu. Wajah Kokom gusar ketika ditemui. Senyum sumringah mulai keluar ketika ada pelanggan datang. Namun sayang, pelanggan itu tak ingin diterapi.

Kokom kembali duduk di pojok ruangan. Sambil memainkan seluler, dia berharap ada tamu lagi datang buat pijat terapi. Dari segi fisik Kokom begitu menggoda. Kemeja motif kembang merah dengan paduan celana gemes. Namun jangan salah, pakaian para terapis itu hanya untuk mengundang pelanggan singgah, bukan selebihnya.

Rumah Spa dan pijat tempat Kokom bekerja bersama empat terapis lainnya tak melayani urusan arus bawah alias pijat plus-plus. Meski Kokom membuka dua kancing kemejanya, namun ia menolak melayani syahwat. Hal itu bukan tanpa sebab, meski tempat kerjanya berdekatan dengan lokasi prostitusi, namun keberadaan panti pijat ini tak melayani urusan birahi. "Di sini enggak bisa kang," ujarnya.

Kokom memang segelintir orang yang bertumpu dengan menjalani profesi sebagai pemijat di Jalan Pantai Utara. Tergiur pendapatan lumayan besar menjadi seorang terapis, dia meninggalkan pekerjaannya dulu sebagai pengawas bayi di bilangan Kota Wisata, Cibubur,Jakarta Timur. Kebutuhan untuk hidup sehari-hari menjadi alasan bagi Kokom untuk mencari rizki pemijat refleksi di Jalan Pantura.

Apalagi Kokom kini menjadi single parent. Untuk membesarkan buah hatinya yang kini baru masuk Sekolah Menengah Pertama, terpaksa dia berkelana hingga Pantura. "Kalau pulang ke Cianjur enggak tentu, minggu kemarin baru pulang," ujar janda asli Cianjur, Jawa Barat ini.

Teman seprofesi Kokom, Sari, 28 tahun, baru tiga bulan ini bekerja di rumah pijat. Meski baru terjun sebagai terapis, namun Sari sempat merasakan dua bulan kejayaan sebagai pemijat di Jalan Pantura. Sebelum dibukanya akses Tol Cipali, Sari mengatakan pelanggan yang datang untuk pijat refleksi membludak. Paling dikit, saban hari dia memijat empat pelanggan.

Artinya, uang Rp 100 ribu per hari sudah dikantongi Sari. Belum lagi, uang tips yang diberikan pelanggan yang kisaran jumlahnya cukup lumayan. "Biasanya sehari bisa mijit 4 orang. Tapi sekarang sepi karena ada Tol Cipali itu mas. Jadi sekarang paling cuma 2 orang sehari," kata Sari.

Dia mengatakan jika pelanggan panti pijat tempatnya bekerja merupakan pengemudi kendaraan pribadi. "Ngaruh juga tolnya, jadi jarang ada yang lewat sini. Biasa yang pijit di sini kendaraan pribadi, bukan sopir truk atau ekspedisi," ujarnya.

Sebelum bekerja sebagai terapis, dulu Sari merupakan buruh di Kawasan Berikat Nusantara, Cakung, Jakarta Timur. Memilih untuk pulang kampung dan mencari rizki di kota kelahirannya setelah di-PHK. Suaminya pun mengizinkan Sari untuk menjadi pemijat.

"Suami masih kerja di Jakarta. Pulang seminggu sekali. Enggak masalah kerja di sini soalnya kan cuma mijit aja, enggak yang lain-lain," tuturnya. 

Saking enaknya bekerja sebagai terapis lantaran duit yang dihasilkan banyak, Sari pun memilih untuk mencari rizki dari profesinya saat ini. "Udah capek kerja di pabrik jadi buruh. Ya mending kerja gini aja. Kerja buruh capek dimarahin terus, kerjaannya juga banyak."

No comments:

Post a Comment